Jagung PRG Bt11 adalah produk dari Syngenta yang telah ditanam secara global sejak tahun 1996. Produk jagung PRG Bt11 dimodifikasi dengan menyisipkan cry1Ab yang bertanggung jawab terhadap ketahanan terhadap hama penggerek batang Ostrinia furnacalis. Di Indonesia O. furnacalis menyebar luas di Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatra (Waterhouse, 1993), berdasarkan pengamatan di lapangan O. furnacalis juga telah menyebar di Jawa. O. furnacalis merupakan hama minor dan sporadis pada tanaman jagung, tetapi bila terjadi serangan maka kehilangan hasil bisa mencapai 20-80% (Guo dan Li, 2009). Setiap pertambahan infestasi satu ekor larva per tanaman menyebabkan kehilangan hasil sebesar 4,9% pada fase V10 (10 daun terbuka sempurna); 4,5% pada fase R1 (keluarnya rambut tongkol); dan 3,7% pada fase R2 (Subiadi et al., 2014). Menanam jagung PRG Bt11 di daerah penyebaran O. furnacalis akan membantu petani Indonesia menghindari/mengurangi kerugian dari kehilangan hasil panen akibat serangan penggerek batang O. furnacalis. Brookes dan Barfoot (2018) melaporkan bahwa secara global penggunaan tanaman PRG tahan serangga hama (termasuk breeding stacknya) berkontribusi menghemat pestisida sebesar 8,2% dan mengurangi Environmental Impect Quotient (EIQ) sebesar 18,4%.
Atas dasar uraian tentang informasi genetik proteincry1Ab dan pat yang disisipkan ke dalam jagung PRG Bt11, stabilitas genetik, dampak terhadap organisme non target, potensi bersifat sebagai gulma dan potensi perpindahan gen, maka TTKH menilai bahwa jagung PRG Bt11 dapat dinyatakan aman lingkungan. Apabila kemudian ditemukan data dan informasi baru yang tidak sesuai dengan data keamanan lingkungan yang diperoleh hingga saat ini, maka status aman lingkungan bagi jagung PRG Bt11 akan ditinjau kembali.